April 03, 2014

Pengaruh Letusan Gunung Kelud Terhadap Masyarakat dan alam | Karya Tulis Ilmiah
Taufiqurrahman Ishak KhanApril 03, 2014 0 komentar

KARYA TULIS ILMIAH
Pengaruh Letusan Gunung Kelud Terhadap Masyarakat Dan Alam






 Kelompok 7 (XI IPA 2) :

Taufiqurrahman         (28)
Radiansyah                (19)
Rizki Kurniawan         (24)



SMA Ta’miriyah Surabaya Terakreditasi A
Tahun Ajaran 2013 – 2014

----------------------------------------------------------

Lembar pengesahan


Karya Tulis Ilmiah Berjudul “Pengaruh Gunung Kelud Terhadap Masyarakat Dan Alam” yang dibuat pada tanggal 17 Maret 2014 yang disahkan oleh :













Guru Pembimbing :



(Hj. Muamila Hamida, S.Pd.)

----------------------------------------------------------

Kata Pengantar


Puji Syukur kehadirat Allah Ta’ala atas tuntasnya karya tulis ilmiahPengaruh letusan gunung kelud terhadap masyarakat dan alam” yang menjadi bentuk pembelajaran kami khususnya dalam bahasa indonesia
Penyelesaian karya tulis ini menjadi salah satu tugas dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penyusunan karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan para pembaca tentang beberapa hal yang ditulis dalam karya tulis ilmiah ini.
            Ucapan terima kasih penulis diucapkan kepada  guru pembimbing kami yang selalu member banyak masukan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik
            Penulis menyadari bahwa makalah ini belum terbilang dalam kata sempurna dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Maka dari itu penulis bersedia mendapatkan saran atau pun kritik dari guru pembimbing
            Akhir kata kami sangat berharap semoga penelitian ini menjadi ilmu yang bermanfaat bagi kami sekarang ini dan di masa mendatang.





                                                                                                Surabaya, 17 Maret 2014

                                                                                               
Penulis 

----------------------------------------------------------

     Daftar Isi


BAB I : Pendahuluan  …………………………...……........….                                1
1.1.  Latar Belakang Masalah ……………………….….....…                                1
1.2.  Rumusan Masalah ………………………………….....…                               1
1.3.  Tujuan Penulisan …………………………………........…                                1
1.4.  Manfaat penulisan …………………………………....…                               1
BAB II : Sejarah Letusan Gunung Kelud yang pernah terjadi                         2
2.1.  Letusan 1919 ……………………………....................….                                   2
2.2.  Letusan 1951 ………………………....….……................                                  2
2.3.  Letusan 1966 ……………………………....….................                                  3
2.4.  Letusan 1990……………………………....….................                                   3
2.5.  Letusan 2007 ………………………………….....….........                                 3
2.6.  Letusan 2014 .................................................................                                       4
BAB III : Pengaruh Erupsi Gunung Kelud Bagi Masyarakat dan Lingkungan ……………………………...............…...                            7
3.1.  Pengaruh Gunung Kelud Terhadap Masyarakat....…                            7
3.2.  Pengaruh Gunung Kelud Terhadap Lingkungan....…                            7
Bab IV : Penutup ...........................................................…......                                  9
4.1.  Kesimpulan ……………………………..........…................                               9
4.2.  Saran ....……………………………....................................                               9
Daftar Pustaka ........................................................................                                   10

----------------------------------------------

Bab I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Masalah
Gunung Kelud (sering disalahtuliskan menjadi Kelut yang berarti "sapu" dalam bahasa Jawa; dalam bahasa Belanda disebut Klut, Cloot, Kloet, atau Kloete) adalah sebuah gunung berapi di Provinsi Jawa Timur, Indonesia, yang tergolong aktif. Gunung ini berada di perbatasan antara Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang , kira-kira 27 km sebelah timur pusat Kota Kediri.
Sebagaimana Gunung Merapi, Gunung Kelud merupakan salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia. Sejak tahun 1000 M, Kelud telah meletus lebih dari 30 kali, dengusan terbesar berkekuatan 5 Volcanic Explosivity Index (VEI). Letusan terakhir Gunung Kelud terjadi pada tahun 2014
1.2      Rumusan Masalah
1.     Adakah pengaruh erupsi gunung kelud terhadap masyarakat ?
2.     Adakah pengaruh erupsi gunung kelud terhadap alam ?
1.3. Tujuan Penelitian
1.     Untuk mengetahui dampak negatif letusan gunung kelud
2.     Untuk mengetahui dampak positif letusan gunung kelud
1.4 Manfaat Penelitian
1.     Memahami bahaya erupsi gunung kelud terhadap masyarakat
2.     Menjadi bentuk pembelajaran agar lebih waspada terhadap letusan gunung kelud
3.     Memahami dampak positif erupsi gunung kelud bagi alam

----------------------------------------------------------

Bab II

Sejarah Letusan Gunung Kelud yang terjadi

 

2.1    Letusan 1919

"Pada 20 Mei 1919 siang, tiba-tiba langit gelap. Hilangnya matahari membuat semua yang hidup menjadi takut dan gentar. Hujan abu dan batu yang turun. Para penduduk desa di lereng gunung berusaha menyelamatkan apapun yang dapat diselamatkan: harta dan jiwa dan hewan peliharaan. Semuanya berlarian menghindari kekerasan alam. Lari! Lari kemanakah dirimu? Bernafas semakin sulit. Udara semakin mencekik semua yang bernafas. Bunyi desiran semakin dekat dan kuat. Aliran lahar menghancurkan semuanya dan mengganggu jalan keluar untuk manusia. Bangunan dan pepohonan besar patah menjadi kecil-kecil bak korek api. Kawah memuntahkan lahar dan abu dan disertai awan gas beracun. Hutan, tanah dan sawah terselimuti kain berwarna abu-abu. Belasan desa raib dari peta bumi. Ribuan korban jiwa terkubur hidup-hidup".
— Carl Wilhelm Wormser.
Letusan Gunung Kelud tahun 1919 tercatat dalam laporan Carl Wilhelm Wormser (1876-1946), pejabat Pengadilan Landraad di Tulung Agung (masa kolonial Belanda), yang menjadi saksi mata bencana alam tersebut.
Letusan 1919 ini termasuk di antara yang paling mematikan karena menelan korban 5.160 jiwa, merusak sampai 15.000 ha lahan produktif karena aliran lahar mencapai 38 km, meskipun di Kali Badak telah dibangun bendung penahan lahar pada tahun 1905. Selain itu, Hugo Cool, seorang ahli pertambangan, pada tahun 1907 juga ditugaskan melakukan penggalian saluran melalui pematang atau dinding kawah bagian barat. Usaha itu berhasil mengeluarkan air 4,3 juta meter kubik.


2.2 Letusan Kelud 1951
Pada tanggal 31 Agustus 1951, pukul 06.15/06.30, Gunung Kelud kembali meletus (erupsi) secara eksplosif. Akibat letusan besar ini, sejumlah kota di Pulau Jawa terkena hujan abu, termasuk Yogyakarta dan Surakarta dan mencapai Bandung. Suasana gelap melanda kota-kota terdampak, menyebabkan sekolah harus meliburkan siswa-siswanya dan jawatan-jawatan berhenti beraktivitas.
Letusan 1951 adalah yang pertama kali terjadi setelah pembuatan terowongan-terowongan pembuangan air kawah selesai dibangun. Van Ijzendoorn, Kartograf Kepala Badan Geologi, menyimpulkan bahwa sistem saluran ini sangat membantu mengurangi dampak kerugian akibat letusan.
Tujuh orang tewas akibat letusan ini, tiga di antaranya petugas pengamat gunung api. Selain itu, 157 orang terluka. Akibat letusan ini pula, dasar danau kawau menurun sehingga volume air meningkat menjadi 50 juta meter kubik.

2.3 Letusan 1966

Letusan besar terjadi pada tanggal 26 April 1966 pukul 20.15. Sekitar 210 lebih orang tewas akibat letusan ini. Sistem terowongan rusak berat, sehingga dibuatlah terowongan baru 45 meter di bawah terowongan lama. Terowongan yang selesai tahun 1967 itu diberi nama Terowongan Ampera. Saluran ini berfungsi mempertahankan volume danau kawah agar stabil pada angka 2,5 juta meter kubik.

2.4 Letusan 1990

Letusan 1990 berlangsung selama 45 hari, yaitu 10 Februari 1990 hingga 13 Maret 1990. Pada letusan ini, Gunung Kelud memuntahkan 57,3 juta meter kubik material vulkanik. Lahar dingin menjalar sampai 24 kilometer dari danau kawah melalui 11 sungai yang berhulu di gunung itu.
Letusan ini sempat menutup terowongan Ampera dengan material vulkanik. Proses normalisasi baru selesai pada tahun 1994.

2.5 Letusan 2007

Letusan pada tahun 2007 dianggap "menyimpang" dari perilaku dasar Kelud karena letusan bertipe freatik (leleran dengan letusan-letusan kecil) bukan eksplosif sebagaimana letusan-letusan sebelumnya. Selain itu, letusan ini menghasilkan suatu sumbat lava berbentuk kubah yang menyebabkan "hilang"nya danau kawah.
Aktivitas gunung ini meningkat pada akhir September 2007 dan masih terus berlanjut hingga November tahun yang sama, ditandai dengan meningkatnya suhu air danau kawah, peningkatan kegempaan tremor, serta perubahan warna danau kawah dari kehijauan menjadi putih keruh. Status "awas" (tertinggi) dikeluarkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sejak 16 Oktober 2007 yang berimplikasi penduduk dalam radius 10 km dari gunung (lebih kurang 135.000 jiwa) yang tinggal di lereng gunung tersebut harus mengungsi. Namun letusan tidak terjadi.
Setelah sempat agak mereda, aktivitas Gunung Kelud kembali meningkat sejak 30 Oktober 2007 dengan peningkatan pesat suhu air danau kawah dan kegempaan vulkanik dangkal. Pada tanggal 3 November 2007 sekitar pukul 16.00 suhu air danau melebihi 74 derajat Celsius, jauh di atas normal gejala letusan sebesar 40 derajat Celsius, sehingga menyebabkan alat pengukur suhu rusak. Getaran gempa tremor dengan amplitudo besar (lebih dari 35mm) menyebabkan petugas pengawas harus mengungsi, namun kembali tidak terjadi letusan.
Akibat aktivitas tinggi tersebut terjadi gejala unik dalam sejarah Kelud dengan munculnya asap tebal putih dari tengah danau kawah diikuti dengan kubah lava dari tengah-tengah danau kawah sejak tanggal 5 November 2007 dan terus "tumbuh" hingga berukuran selebar 100 m. Para ahli menganggap kubah lava inilah yang menyumbat saluran magma sehingga letusan tidak segera terjadi. Energi untuk letusan dipakai untuk mendorong kubah lava sisa letusan tahun 1990.
Sejak peristiwa tersebut aktivitas pelepasan energi semakin berkurang dan pada tanggal 8 November 2007 status Gunung Kelud diturunkan menjadi "siaga" (tingkat 3).
Danau kawah Gunung Kelud praktis "hilang" karena kemunculan kubah lava yang berdiameter 469 m dan volume sebesar 16,2 juta meter kubik. Yang tersisa hanyalah kolam kecil berisi air keruh berwarna kecoklatan di sisi selatan kubah lava.

2.6 Letusan 2014


Abu vulkanik dari letusan ini menjangkau Yogyakarta. Letusan Kelud 2014 dianggap lebih dahsyat daripada tahun 1990. meskipun hanya berlangsung tidak lebih daripada dua hari dan memakan 4 korban jiwa akibat peristiwa ikutan, bukan akibat langsung letusan.
Peningkatan aktivitas sudah dideteksi di akhir tahun 2013. Namun demikian, situasi kembali tenang. Baru kemudian diumumkan peningkatan status dari Normal menjadi Waspada sejak tanggal 2 Februari 2014.
Pada 10 Februari 2014, Gunung Kelud dinaikkan statusnya menjadi Siaga dan kemudian pada tanggal 13 Februari pukul 21.15 diumumkan status bahaya tertinggi, Awas (Level IV), sehingga radius 10 km dari puncak harus dikosongkan dari manusia. Hanya dalam waktu kurang dari dua jam, pada pukul 22.50 telah terjadi letusan pertama tipe ledakan (eksplosif). Erupsi tipe eksplosif seperti pada tahun 1990 ini (pada tahun 2007 tipenya efusif, yaitu berupa aliran magma) menyebabkan hujan kerikil yang cukup lebat dirasakan warga di wilayah Kecamatan Ngancar, Kediri, Jawa Timur, lokasi tempat gunung berapi yang terkenal aktif ini berada, bahkan hingga kota Pare, Kediri .Wilayah Kecamatan Wates dijadikan tempat tujuan pengungsian warga yang tinggal dalam radius sampai 10 kilometer dari kubah lava, sesuai rekomendasi dari Pusat Vulkanologi, Mitigasi, dan Bencana Geologi (PVMBG). Suara ledakan dilaporkan terdengar hingga kota Solo dan Yogyakarta ( berjarak 200 km dari pusat letusan), bahkan Purbalingga (lebih kurang 300 km), Jawa Tengah.
Keadaan di wilayah Bantul, DIY, saat hujan abu vulkanik Gunung Kelud melanda wilayah ini pada pagi hari tanggal 14 Februari 2014
Dampak berupa abu vulkanik pada tanggal 14 Februari 2014 dini hari dilaporkan warga telah mencapai Kabupaten Ponorogo. Di Yogyakarta, teramati hampir seluruh wilayah tertutup abu vulkanik yang cukup pekat, melebihi abu vulkanik dari Merapi pada tahun 2010. Ketebalan abu vulkanik di kawasan Yogyakarta dan Sleman bahkan diperkirakan lebih dari 2 centimeter. Dampak abu vulkanik juga mengarah ke arah Barat Jawa, dan dilaporkan sudah mencapai Kabupaten Ciamis, Bandung dan beberapa daerah lain di Jawa Barat. Di daerah Madiun dan Magetan jarak pandang untuk pengendara kendaraan bermotor atau mobil hanya sekitar 3-5 meter karena turunnya abu vulkanik dari letusan Gunung Kelud tersebut sehingga banyak kendaraan bermotor yang berjalan sangat pelan.
Menyusul luas dan tebalnya hujan abu, Kementerian Perhubungan Indonesia menutup sementara bandar-bandar udara di Pulau Jawa, seperti Bandar Udara Internasional JuandaSurabaya, Bandar Udara Abdul Rachman SalehMalang, Bandar Udara Achmad YaniSemarang, Bandar Udara Adi SutjiptoYogyakarta, Bandar Udara Adi SumarmoSurakarta, Bandar Udara Tunggul WulungCilacap, dan Bandar Udara Husein SastranegaraBandung. Selain itu, Bandar Udara Nusawiru di Pangandaran] dan Pangkalan Udara Iswahyudi, Madiun, juga ditutup.
Kondisi gunung setelah letusan satu malam tersebut berangsur tenang dan pada tanggal 20 Februari 2014 status aktivitas diturunkan dari Awas menjadi Siaga (level III) oleh PVMBGSelanjutnya pada tanggal 28 Februari 2014 status kembali turun menjadi Waspada (Level II).
Akibat letusan ini, kubah yang menyumbat jalur keluarnya lava hancur dan Kelud memiliki kawah kering. Dimungkinkan terbentuk danau kawah kembali setelah beberapa tahun

----------------------------------------------------------

Bab III

Pengaruh Erupsi Gunung Kelud Bagi Masyarakat Dan Lingkungan


3.1      Pengaruh Gunung Kelud terhadap Masyarakat
        Dalam kasus ini, Letusan gunung kelud menyebabkan dampak negatif pada masyarakat. Akibat dari letusnya gunung berapi tersebut menyebabkan banyak kota disekelilingnya yang terkena abu vulkanik. Menurut ahli kesehatan, abu vulkanik dapat menyebabkan iritasi kulit, asma kambuh (bagi yang berpenyakit asma), radang pada mata. Selain itu, juga menyebabkan kemacetan lalu lintas dan ditutupnya bandara-bandara sehingga berdampak negatif pada masyarakat

3.2 Pengaruh Gunung Kelud terhadap Lingkungan Alam
      Abu vulkanik dari letusan gunung yang terbawa oleh angin dan tersebar sebenarnya dapat dikatakan tidak berbahaya, khususnya bagi tanah dan tumbuhan. Abu vulkanik itu nyatanya juga memiliki dampak positif dan manfaat pada sisi lain. Bukan hanya bermanfaat sebagai pupuk tanaman, tapi ia juga bisa memperbaiki sifat fisika tanah dan mempunyai kemampuan mengikat air. Bahkan, abu vulkanik ini juga bisa dijadikan bahan campuran adonan semen sebagai bahan konstruksi yang cukup bagus, karena bisa menghasilkan kekuatan sampai 150kg persatuan beban. Dan hal ini, kemungkinan juga akan berlaku pada abu vulkanik dari letusan gunung Kelud.

Menurut Gunawan perbedaannya hanya satu, abu gunung Kelud itu lebih halus ukurannya dibanding abu Merapi. Abu gunung Kelud itu ukuran halusnya seperti lempung atau clay dengan diameter di bawah 0,002 milimeter," ungkapnya.

Gunawan juga mengatakan bahwa abu gunung Kelud itu menjadi lebih halus karena ia menempuh jarak yang lebih jauh, yaitu sekitar 200 kilometer lebih. Selain itu, karena ia lebih halus, kandungan pasirnya tidak ikut terbawa angin. Sehingga dari hal itu, abu gunung Kelud sudah memiliki kelebihan dibanding abu gunung Merapi dalam pemanfaatannya. "Abu yang lebih halus itu lebih mudah untuk mengikat air. Dengan begitu juga, waktu yang dibutuhkan untuk pengolahannya menjadi pupuk tanaman, dan bahan untuk memperbaiki sifat tanah akan lebih singkat. Karena ia sudah berpisah dengan material lain, seperti pasir itu," ujarnya. 

Menurutnya, pengaruh positif dari abu letusan gunung itu bisa dilihat dari tiga sisi, yakni dari sisi kimia, fisika, dan teknik sipil. Dari segi kimiawi dapat diketahui bahwa abu vulkanik mengandung cadangan mineral yang cukup banyak. "Bahkan kemungkinan juga mengandung magnesium dan serum yang bisa menjadi sumber nutrien bagi pertanian. Namun sebelumnya, abu itu sudah mengalami lapukan, yaitu proses pelepasan unsur-unsur yang terkandung dalam abu letusan gunung, sehingga terlepas dari unsur primernya.  Maka unsur yang baru itu dapat digunakan untuk pertanian. Juga mempertebal lapisan atmosfir bumi

Kemudian dari segi fisika, abu vulkanik ini memiliki kelebihan bisa memperbaiki sifat tanah dan mengikat air, atau bisa meningkatkan daya adhesi tanah. Sehingga, jika digunakan pada tanah berpasir akan mudah menyerap air. "Sementara dari teknik sipil bisa digunakan untuk bahan konstruksi, juga untuk bahan campuran membuat adonan semen. Campuran adonan semen dengan abu vulkanik ini bisa mengurangi bahan dari semennya sendiri sampai 10 persen. Dan hasil campurannya juga cukup bagus, hingga bisa memiliki kekuatan 150kg persatuan beban," ungkapnya.

Adapun untuk penelitian abu vulkanik dari letusan gunung Kelud sendiri, menurut Gunawan terlebih dahulu akan diteliti mengenai sebaran abunya, sifat-sifat fisika tentang teksturnya atau distribusi diameter partikel tanahnya, kemampuannya untuk menyimpan air, dan mengukur pH atau tingkat keasamannya. "Apakah pH-nya sekitar 7 atau tidak. Sebab kemarin kita ukur pH-nya sekitar 5 setengah, dan artinya itu tidak mengganggu tanaman.

Hal lain yang juga menjadi kelebihan dari abu Kelud ini yaitu abu vulkanik dari Kelud lebih lembab, karena dia bersifat higroskopis atau mudah menyerap kelembaban lingkungan. Selain itu, kandungan mineralnya juga banyak besinya, dan kadar air yang dikandungnya dalam kondisi kering bisa mencapai 8 hingga 10 persen. "Ini artinya, abu Kelud bisa dimanfaatkan untuk menyuburkan tanah dan pertanian. Abu Kelud ini juga memiliki kandungan Fe (besi), Mn (mangan), Si (silikat), Al (aluminium), Ca (kalsium), K (kalium), dan P (fosfor). Jadi abu ini kalau sudah menjadi pupuk, bisa menjadi cadangan jangka panjang

----------------------------------------------------------

Bab IV

Penutup

4.1. Simpulan
               Letusan gunung kelud memang memberikan dampak buruk bagi masyarakat, namun disisi lain abu vulkanik dari gunung kelud sangat bermanfaat bagi lingkungan hidup. Terutama memberikan kesuburan pada tanah, bisa dijadikan pupuk. Selain itu dari segi kimia, fisika, dan tekhnik sipil, Abu vulkanik dapat berguna karena memiliki cadangan mineral yang banyak yang dapat menjadi media penyuburan lahan pertanian, juga meningkatkan daya adhesi tanah, dan bisa menjadi bahan campuran adonan semen, danjuga mempertebal lapisan atmosfir bumi

4.2. Saran
o   Sebaiknya kita tetap berhati-hati terhadap letusan gunung kelud dengan menggunakan masker ketika berada di lingkungan luar
o   Hendaknya kita mengenali ciri-ciri gunung meletus agar dapat menghindarinya
o   Manusia harus mengambil hikmah dari perisitiwa letusan gunung kelud tersebut
o   Hendaknya kita bersyukur kepada Allah karena dibalik peristiwa tersebut terdapat banyak manfaat bagi lingkungan hidup manusia


Daftar Pustaka

Penelitian UMY tentang abu gunung kelud, http://www.muhammadiyah.or.id/id/news-3491-detail-penelitian-umy-abu-vulkanik-gunung-kelud-punya-manfaat-besar.html
About The Author Ali Bajwa Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore. Magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Facebook and Twitter

0 komentar

Posting Komentar

Sultan Copyright ®. Diberdayakan oleh Blogger.