KARYA TULIS
ILMIAH
Pengaruh Letusan
Gunung Kelud Terhadap Masyarakat Dan Alam
Taufiqurrahman (28)
Radiansyah (19)
Rizki Kurniawan (24)
SMA Ta’miriyah
Surabaya Terakreditasi A
Tahun Ajaran 2013 – 2014
----------------------------------------------------------
Lembar pengesahan
Karya Tulis Ilmiah Berjudul “Pengaruh Gunung Kelud Terhadap Masyarakat Dan
Alam” yang dibuat pada tanggal 17 Maret 2014 yang disahkan oleh :
Guru Pembimbing
:
(Hj. Muamila
Hamida, S.Pd.)
----------------------------------------------------------
Kata Pengantar
Puji Syukur kehadirat
Allah Ta’ala atas tuntasnya karya tulis ilmiah “Pengaruh letusan gunung
kelud terhadap masyarakat dan alam” yang menjadi bentuk pembelajaran kami khususnya dalam bahasa indonesia
Penyelesaian karya tulis ini menjadi salah satu tugas dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penyusunan karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan para
pembaca tentang beberapa hal yang ditulis dalam karya tulis ilmiah ini.
Ucapan terima kasih penulis diucapkan kepada guru pembimbing kami yang selalu member banyak masukan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum terbilang dalam kata sempurna dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Maka dari itu penulis bersedia mendapatkan saran atau pun kritik dari guru pembimbing
Akhir kata kami sangat berharap semoga penelitian ini menjadi ilmu yang bermanfaat bagi kami sekarang ini dan di masa mendatang.
Surabaya,
17 Maret 2014
Penulis
----------------------------------------------------------
Daftar Isi
1.1. Latar Belakang Masalah ……………………….….....… 1
1.2. Rumusan Masalah ………………………………….....… 1
1.3. Tujuan Penulisan …………………………………........… 1
1.4. Manfaat penulisan …………………………………....… 1
BAB II : Sejarah Letusan Gunung Kelud yang pernah terjadi 2
2.1. Letusan 1919 ……………………………....................…. 2
2.2. Letusan 1951 ………………………....….……................ 2
2.3. Letusan 1966 ……………………………....…................. 3
2.4. Letusan 1990……………………………....…................. 3
2.5. Letusan 2007 ………………………………….....…......... 3
2.6. Letusan 2014 ................................................................. 4
BAB III : Pengaruh Erupsi
Gunung Kelud Bagi Masyarakat dan Lingkungan ……………………………...............…... 7
3.1. Pengaruh Gunung Kelud Terhadap
Masyarakat....… 7
3.2.
Pengaruh Gunung Kelud Terhadap Lingkungan....… 7Bab IV : Penutup ...........................................................…...... 9
4.1. Kesimpulan ……………………………..........…................ 9
4.2. Saran ....…………………………….................................... 9
----------------------------------------------
Bab I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Masalah
Gunung Kelud (sering disalahtuliskan menjadi Kelut
yang berarti "sapu" dalam bahasa Jawa; dalam bahasa
Belanda disebut Klut, Cloot, Kloet,
atau Kloete) adalah sebuah gunung berapi di Provinsi Jawa Timur, Indonesia,
yang tergolong aktif. Gunung ini berada di perbatasan antara Kabupaten Kediri, Kabupaten
Blitar, dan Kabupaten Malang , kira-kira 27 km sebelah
timur pusat Kota Kediri.
Sebagaimana Gunung Merapi, Gunung Kelud merupakan salah satu gunung berapi
paling aktif di Indonesia. Sejak tahun 1000 M, Kelud telah meletus lebih dari
30 kali, dengusan terbesar berkekuatan 5 Volcanic Explosivity Index (VEI).
Letusan terakhir Gunung Kelud terjadi pada tahun 2014
1.2
Rumusan Masalah
1.
Adakah pengaruh erupsi gunung
kelud terhadap masyarakat ?
2.
Adakah pengaruh erupsi gunung
kelud terhadap alam ?
1.3. Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui dampak negatif letusan
gunung kelud
2.
Untuk mengetahui dampak positif
letusan gunung kelud
1.4 Manfaat Penelitian
1.
Memahami bahaya erupsi gunung
kelud terhadap masyarakat
2.
Menjadi bentuk pembelajaran agar
lebih waspada terhadap letusan gunung kelud
3.
Memahami dampak positif erupsi
gunung kelud bagi alam
----------------------------------------------------------
Bab II
Sejarah
Letusan Gunung Kelud yang terjadi
2.1
Letusan 1919
"Pada 20 Mei 1919 siang, tiba-tiba
langit gelap. Hilangnya matahari membuat semua yang hidup menjadi takut dan
gentar. Hujan abu dan batu yang turun. Para penduduk desa di lereng gunung
berusaha menyelamatkan apapun yang dapat diselamatkan: harta dan jiwa dan hewan
peliharaan. Semuanya berlarian menghindari kekerasan alam. Lari! Lari kemanakah
dirimu? Bernafas semakin sulit. Udara semakin mencekik semua yang bernafas.
Bunyi desiran semakin dekat dan kuat. Aliran lahar menghancurkan semuanya dan
mengganggu jalan keluar untuk manusia. Bangunan dan pepohonan besar patah
menjadi kecil-kecil bak korek api. Kawah memuntahkan lahar dan abu dan disertai
awan gas beracun. Hutan, tanah dan sawah terselimuti kain berwarna abu-abu.
Belasan desa raib dari peta bumi. Ribuan korban jiwa terkubur hidup-hidup".
— Carl Wilhelm Wormser.
Letusan
Gunung Kelud tahun 1919 tercatat dalam laporan Carl Wilhelm Wormser
(1876-1946), pejabat Pengadilan Landraad di Tulung Agung (masa kolonial
Belanda), yang menjadi saksi mata bencana alam tersebut.Letusan 1919 ini termasuk di antara yang paling mematikan karena menelan korban 5.160 jiwa, merusak sampai 15.000 ha lahan produktif karena aliran lahar mencapai 38 km, meskipun di Kali Badak telah dibangun bendung penahan lahar pada tahun 1905. Selain itu, Hugo Cool, seorang ahli pertambangan, pada tahun 1907 juga ditugaskan melakukan penggalian saluran melalui pematang atau dinding kawah bagian barat. Usaha itu berhasil mengeluarkan air 4,3 juta meter kubik.
2.2 Letusan
Kelud 1951
Pada tanggal
31 Agustus 1951, pukul 06.15/06.30, Gunung Kelud kembali meletus (erupsi)
secara eksplosif. Akibat letusan besar ini, sejumlah kota di Pulau Jawa terkena
hujan abu, termasuk Yogyakarta dan Surakarta dan mencapai Bandung. Suasana gelap melanda kota-kota
terdampak, menyebabkan sekolah harus meliburkan siswa-siswanya dan
jawatan-jawatan berhenti beraktivitas.Letusan 1951 adalah yang pertama kali terjadi setelah pembuatan terowongan-terowongan pembuangan air kawah selesai dibangun. Van Ijzendoorn, Kartograf Kepala Badan Geologi, menyimpulkan bahwa sistem saluran ini sangat membantu mengurangi dampak kerugian akibat letusan.
Tujuh orang tewas akibat letusan ini, tiga di antaranya petugas pengamat gunung api. Selain itu, 157 orang terluka. Akibat letusan ini pula, dasar danau kawau menurun sehingga volume air meningkat menjadi 50 juta meter kubik.
2.3 Letusan 1966
Letusan
besar terjadi pada tanggal 26 April 1966 pukul 20.15. Sekitar 210 lebih orang
tewas akibat letusan ini. Sistem terowongan rusak berat, sehingga dibuatlah
terowongan baru 45 meter di bawah terowongan lama. Terowongan yang selesai
tahun 1967 itu diberi nama Terowongan Ampera. Saluran ini berfungsi
mempertahankan volume danau kawah agar stabil pada angka 2,5 juta meter kubik.
2.4 Letusan 1990
Letusan 1990
berlangsung selama 45 hari, yaitu 10 Februari 1990 hingga 13 Maret 1990. Pada
letusan ini, Gunung Kelud memuntahkan 57,3 juta meter kubik material vulkanik.
Lahar dingin menjalar sampai 24 kilometer dari danau kawah melalui 11 sungai
yang berhulu di gunung itu.Letusan ini sempat menutup terowongan Ampera dengan material vulkanik. Proses normalisasi baru selesai pada tahun 1994.
2.5 Letusan 2007
Letusan pada
tahun 2007 dianggap "menyimpang" dari perilaku dasar Kelud karena
letusan bertipe freatik (leleran dengan letusan-letusan kecil) bukan eksplosif
sebagaimana letusan-letusan sebelumnya. Selain itu, letusan ini menghasilkan
suatu sumbat lava berbentuk kubah yang menyebabkan "hilang"nya danau
kawah.Aktivitas gunung ini meningkat pada akhir September 2007 dan masih terus berlanjut hingga November tahun yang sama, ditandai dengan meningkatnya suhu air danau kawah, peningkatan kegempaan tremor, serta perubahan warna danau kawah dari kehijauan menjadi putih keruh. Status "awas" (tertinggi) dikeluarkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sejak 16 Oktober 2007 yang berimplikasi penduduk dalam radius 10 km dari gunung (lebih kurang 135.000 jiwa) yang tinggal di lereng gunung tersebut harus mengungsi. Namun letusan tidak terjadi.
Setelah sempat agak mereda, aktivitas Gunung Kelud kembali meningkat sejak 30 Oktober 2007 dengan peningkatan pesat suhu air danau kawah dan kegempaan vulkanik dangkal. Pada tanggal 3 November 2007 sekitar pukul 16.00 suhu air danau melebihi 74 derajat Celsius, jauh di atas normal gejala letusan sebesar 40 derajat Celsius, sehingga menyebabkan alat pengukur suhu rusak. Getaran gempa tremor dengan amplitudo besar (lebih dari 35mm) menyebabkan petugas pengawas harus mengungsi, namun kembali tidak terjadi letusan.
Akibat aktivitas tinggi tersebut terjadi gejala unik dalam sejarah Kelud dengan munculnya asap tebal putih dari tengah danau kawah diikuti dengan kubah lava dari tengah-tengah danau kawah sejak tanggal 5 November 2007 dan terus "tumbuh" hingga berukuran selebar 100 m. Para ahli menganggap kubah lava inilah yang menyumbat saluran magma sehingga letusan tidak segera terjadi. Energi untuk letusan dipakai untuk mendorong kubah lava sisa letusan tahun 1990.
Sejak peristiwa tersebut aktivitas pelepasan energi semakin berkurang dan pada tanggal 8 November 2007 status Gunung Kelud diturunkan menjadi "siaga" (tingkat 3).
Danau kawah Gunung Kelud praktis "hilang" karena kemunculan kubah lava yang berdiameter 469 m dan volume sebesar 16,2 juta meter kubik. Yang tersisa hanyalah kolam kecil berisi air keruh berwarna kecoklatan di sisi selatan kubah lava.
2.6 Letusan 2014
Abu
vulkanik dari letusan ini menjangkau Yogyakarta. Letusan Kelud 2014
dianggap lebih dahsyat daripada tahun 1990. meskipun hanya berlangsung tidak
lebih daripada dua hari dan memakan 4 korban jiwa akibat peristiwa ikutan,
bukan akibat langsung letusan.
Peningkatan
aktivitas sudah dideteksi di akhir tahun 2013. Namun demikian, situasi kembali
tenang. Baru kemudian diumumkan peningkatan status dari Normal menjadi Waspada
sejak tanggal 2 Februari 2014.Pada 10 Februari 2014, Gunung Kelud dinaikkan statusnya menjadi Siaga dan kemudian pada tanggal 13 Februari pukul 21.15 diumumkan status bahaya tertinggi, Awas (Level IV), sehingga radius 10 km dari puncak harus dikosongkan dari manusia. Hanya dalam waktu kurang dari dua jam, pada pukul 22.50 telah terjadi letusan pertama tipe ledakan (eksplosif). Erupsi tipe eksplosif seperti pada tahun 1990 ini (pada tahun 2007 tipenya efusif, yaitu berupa aliran magma) menyebabkan hujan kerikil yang cukup lebat dirasakan warga di wilayah Kecamatan Ngancar, Kediri, Jawa Timur, lokasi tempat gunung berapi yang terkenal aktif ini berada, bahkan hingga kota Pare, Kediri .Wilayah Kecamatan Wates dijadikan tempat tujuan pengungsian warga yang tinggal dalam radius sampai 10 kilometer dari kubah lava, sesuai rekomendasi dari Pusat Vulkanologi, Mitigasi, dan Bencana Geologi (PVMBG). Suara ledakan dilaporkan terdengar hingga kota Solo dan Yogyakarta ( berjarak 200 km dari pusat letusan), bahkan Purbalingga (lebih kurang 300 km), Jawa Tengah.
Keadaan
di wilayah Bantul, DIY, saat hujan abu vulkanik Gunung Kelud melanda wilayah
ini pada pagi hari tanggal 14 Februari 2014
Dampak
berupa abu vulkanik pada tanggal 14 Februari 2014 dini hari dilaporkan warga
telah mencapai Kabupaten Ponorogo. Di Yogyakarta, teramati hampir seluruh
wilayah tertutup abu vulkanik yang cukup pekat, melebihi abu vulkanik dari Merapi pada tahun 2010. Ketebalan abu
vulkanik di kawasan Yogyakarta dan Sleman bahkan diperkirakan lebih dari 2
centimeter. Dampak abu vulkanik juga mengarah ke arah Barat Jawa, dan
dilaporkan sudah mencapai Kabupaten Ciamis, Bandung dan beberapa daerah lain di
Jawa Barat. Di daerah Madiun dan Magetan jarak pandang untuk pengendara
kendaraan bermotor atau mobil hanya sekitar 3-5 meter karena turunnya abu
vulkanik dari letusan Gunung Kelud tersebut sehingga banyak kendaraan bermotor
yang berjalan sangat pelan.Menyusul luas dan tebalnya hujan abu, Kementerian Perhubungan Indonesia menutup sementara bandar-bandar udara di Pulau Jawa, seperti Bandar Udara Internasional JuandaSurabaya, Bandar Udara Abdul Rachman SalehMalang, Bandar Udara Achmad YaniSemarang, Bandar Udara Adi SutjiptoYogyakarta, Bandar Udara Adi SumarmoSurakarta, Bandar Udara Tunggul WulungCilacap, dan Bandar Udara Husein SastranegaraBandung. Selain itu, Bandar Udara Nusawiru di Pangandaran] dan Pangkalan Udara Iswahyudi, Madiun, juga ditutup.
Kondisi gunung setelah letusan satu malam tersebut berangsur tenang dan pada tanggal 20 Februari 2014 status aktivitas diturunkan dari Awas menjadi Siaga (level III) oleh PVMBG. Selanjutnya pada tanggal 28 Februari 2014 status kembali turun menjadi Waspada (Level II).
Akibat letusan ini, kubah yang menyumbat jalur keluarnya lava hancur dan Kelud memiliki kawah kering. Dimungkinkan terbentuk danau kawah kembali setelah beberapa tahun
----------------------------------------------------------
Bab III
Pengaruh
Erupsi Gunung Kelud Bagi Masyarakat Dan Lingkungan
3.1
Pengaruh Gunung Kelud terhadap Masyarakat
Dalam kasus ini, Letusan gunung kelud menyebabkan dampak negatif pada masyarakat. Akibat dari letusnya gunung berapi tersebut menyebabkan banyak kota disekelilingnya yang terkena abu vulkanik. Menurut ahli kesehatan, abu vulkanik dapat menyebabkan iritasi kulit, asma kambuh (bagi yang berpenyakit asma), radang pada mata. Selain itu, juga menyebabkan kemacetan lalu lintas dan ditutupnya bandara-bandara sehingga berdampak negatif pada masyarakat
Dalam kasus ini, Letusan gunung kelud menyebabkan dampak negatif pada masyarakat. Akibat dari letusnya gunung berapi tersebut menyebabkan banyak kota disekelilingnya yang terkena abu vulkanik. Menurut ahli kesehatan, abu vulkanik dapat menyebabkan iritasi kulit, asma kambuh (bagi yang berpenyakit asma), radang pada mata. Selain itu, juga menyebabkan kemacetan lalu lintas dan ditutupnya bandara-bandara sehingga berdampak negatif pada masyarakat
3.2 Pengaruh Gunung Kelud terhadap Lingkungan
Alam
Abu vulkanik dari letusan gunung yang terbawa oleh angin dan tersebar sebenarnya dapat dikatakan tidak berbahaya, khususnya bagi tanah dan tumbuhan. Abu vulkanik itu nyatanya juga memiliki dampak positif dan manfaat pada sisi lain. Bukan hanya bermanfaat sebagai pupuk tanaman, tapi ia juga bisa memperbaiki sifat fisika tanah dan mempunyai kemampuan mengikat air. Bahkan, abu vulkanik ini juga bisa dijadikan bahan campuran adonan semen sebagai bahan konstruksi yang cukup bagus, karena bisa menghasilkan kekuatan sampai 150kg persatuan beban. Dan hal ini, kemungkinan juga akan berlaku pada abu vulkanik dari letusan gunung Kelud.
Abu vulkanik dari letusan gunung yang terbawa oleh angin dan tersebar sebenarnya dapat dikatakan tidak berbahaya, khususnya bagi tanah dan tumbuhan. Abu vulkanik itu nyatanya juga memiliki dampak positif dan manfaat pada sisi lain. Bukan hanya bermanfaat sebagai pupuk tanaman, tapi ia juga bisa memperbaiki sifat fisika tanah dan mempunyai kemampuan mengikat air. Bahkan, abu vulkanik ini juga bisa dijadikan bahan campuran adonan semen sebagai bahan konstruksi yang cukup bagus, karena bisa menghasilkan kekuatan sampai 150kg persatuan beban. Dan hal ini, kemungkinan juga akan berlaku pada abu vulkanik dari letusan gunung Kelud.
Menurut Gunawan perbedaannya hanya satu, abu gunung Kelud itu lebih halus
ukurannya dibanding abu Merapi. Abu gunung Kelud itu ukuran halusnya seperti
lempung atau clay dengan diameter di bawah 0,002
milimeter," ungkapnya.
Gunawan juga mengatakan bahwa abu gunung Kelud itu menjadi lebih halus
karena ia menempuh jarak yang lebih jauh, yaitu sekitar 200 kilometer lebih.
Selain itu, karena ia lebih halus, kandungan pasirnya tidak ikut terbawa angin.
Sehingga dari hal itu, abu gunung Kelud sudah memiliki
kelebihan dibanding abu gunung Merapi dalam pemanfaatannya. "Abu yang
lebih halus itu lebih mudah untuk mengikat air. Dengan begitu juga, waktu yang
dibutuhkan untuk pengolahannya menjadi pupuk tanaman, dan bahan untuk
memperbaiki sifat tanah akan lebih singkat. Karena ia sudah berpisah dengan material
lain, seperti pasir itu," ujarnya.
Menurutnya, pengaruh positif dari abu letusan gunung itu bisa dilihat dari
tiga sisi, yakni dari sisi kimia, fisika, dan teknik sipil. Dari segi kimiawi
dapat diketahui bahwa abu vulkanik mengandung cadangan mineral yang cukup
banyak. "Bahkan kemungkinan juga mengandung magnesium dan serum yang bisa
menjadi sumber nutrien bagi pertanian. Namun sebelumnya, abu itu sudah
mengalami lapukan, yaitu proses pelepasan unsur-unsur yang terkandung
dalam abu letusan gunung, sehingga terlepas dari unsur
primernya. Maka unsur yang baru itu dapat digunakan untuk pertanian.
Juga mempertebal lapisan atmosfir bumi
Kemudian dari segi fisika, abu vulkanik ini memiliki kelebihan bisa
memperbaiki sifat tanah dan mengikat air, atau bisa meningkatkan daya
adhesi tanah. Sehingga, jika digunakan pada tanah berpasir akan mudah
menyerap air. "Sementara dari teknik sipil bisa digunakan untuk bahan
konstruksi, juga untuk bahan campuran membuat adonan semen. Campuran adonan
semen dengan abu vulkanik ini bisa mengurangi bahan dari semennya sendiri
sampai 10 persen. Dan hasil campurannya juga cukup bagus, hingga bisa memiliki
kekuatan 150kg persatuan beban," ungkapnya.
Adapun untuk penelitian abu vulkanik dari letusan gunung Kelud sendiri,
menurut Gunawan terlebih dahulu akan diteliti mengenai sebaran abunya,
sifat-sifat fisika tentang teksturnya atau distribusi diameter partikel
tanahnya, kemampuannya untuk menyimpan air, dan mengukur pH atau tingkat
keasamannya. "Apakah pH-nya sekitar 7 atau tidak. Sebab kemarin kita ukur
pH-nya sekitar 5 setengah, dan artinya itu tidak mengganggu tanaman.
Hal lain yang juga menjadi kelebihan dari abu Kelud ini yaitu abu vulkanik
dari Kelud lebih lembab, karena dia bersifat higroskopis atau
mudah menyerap kelembaban lingkungan. Selain itu, kandungan mineralnya juga
banyak besinya, dan kadar air yang dikandungnya dalam kondisi kering bisa
mencapai 8 hingga 10 persen. "Ini artinya, abu Kelud bisa dimanfaatkan
untuk menyuburkan tanah dan pertanian. Abu Kelud ini juga memiliki kandungan Fe
(besi), Mn (mangan), Si (silikat), Al (aluminium), Ca (kalsium), K (kalium),
dan P (fosfor). Jadi abu ini kalau sudah menjadi pupuk, bisa menjadi cadangan
jangka panjang
----------------------------------------------------------
Bab IV
Penutup
4.1. Simpulan
Letusan gunung
kelud memang memberikan dampak buruk bagi masyarakat, namun disisi lain abu
vulkanik dari gunung kelud sangat bermanfaat bagi lingkungan hidup. Terutama
memberikan kesuburan pada tanah, bisa dijadikan pupuk. Selain itu dari segi
kimia, fisika, dan tekhnik sipil, Abu vulkanik dapat berguna karena memiliki
cadangan mineral yang banyak yang dapat menjadi media penyuburan lahan
pertanian, juga meningkatkan daya adhesi tanah, dan bisa menjadi bahan campuran
adonan semen, danjuga mempertebal lapisan atmosfir
bumi
4.2. Saran
o Sebaiknya kita
tetap berhati-hati terhadap letusan gunung kelud dengan menggunakan masker
ketika berada di lingkungan luar
o Hendaknya kita
mengenali ciri-ciri gunung meletus agar dapat menghindarinya
o Manusia harus
mengambil hikmah dari perisitiwa letusan gunung kelud tersebut
o Hendaknya kita
bersyukur kepada Allah karena dibalik peristiwa tersebut terdapat banyak
manfaat bagi lingkungan hidup manusia
Daftar Pustaka
Penelitian UMY tentang abu
gunung kelud, http://www.muhammadiyah.or.id/id/news-3491-detail-penelitian-umy-abu-vulkanik-gunung-kelud-punya-manfaat-besar.html
0 komentar
Posting Komentar